Rabu, 20 Januari 2010

Pemulung Cilik

Panas terik menyengat di Sumur batu Bantar gebang. Sehabis sholat dhuhur perut keroncongan. Melangkahkan kaki hendak makan siang menjadi bersemangat. Warung baso podo moro siang itu menjadi pilihan buat saya. Saya memesan Mie ayam tanpa baso. Ditemani dengan air putih membuat tubuh menjadi segar. Pemulung kecil berlari menanyakan barang rongsokan. 'Botol air mineralnya di buang ga om?' katanya. 'Ehm..ambil aja ya?' jawab saya. Anak itu mengambil botol dan beberapa gelas bekas air mineral yang berserakan. Saya kemudian memberikannya satu.

'Bagaimana kalo kita makan bareng,'kata saya. Anak itu belum sempat menjawab. Saya memesankan satu porsi baso. wajahnya tersenyum, matanya berbinar-binar, begitu hidangan basonya datang. Langsung disantapnya dengan lahap baso . Makan berdua menjadi terasa nikmat sekali buat saya.

Saya teringat ada seorang teman yang mengeluh ditengah berlimpahnya materi malah kehilangan rasa nikmat makan apapun. Barangkali nikmat dalam menyantap makanan berbanding lurus dengan status sosial dan gaya hidup kita. Semakin tinggi status sosial seseorang dan gaya hidupnya juga meningkat. Berarti lidahpun menjadi terbiasa menikmati hidangan-hidangan mewah sehingga makin berkurang rasa nikmat makanan-makanan yang sederhana. Makanan yang sederhana begitu nikmat bagi orang seperti saya.

Siang itu kami berdua nambah beli juice jeruk. Dia bercerita setiap hari mulung dari pagi sampai siang untuk membantu ibunya. Setelah mulung, dia berangkat sekolah. Tak lama kemudian dia, selesai makan pemulung kecil itu bergegas merapikan keranjangnya. tak lupa berkali-kali mengucapkan terima kasih. Dari jauh nampak melemparkan senyum.

Sejak itu, setiap saya ke bantar gebang sesekali kami berdua makan siang bareng. Menikmati mie ayam dengan sebotol air mineral. Ditambah Juice jeruk yang begitu seger. Tidak lupa menyantap setiap hidangan dengan penuh syukur, 'Terima kasih Ya Alloh atas karuniaMu dihari ini..' Amin..

Tidak ada komentar: